Jumat, 01 Juni 2012

sensor LVDT


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang  memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama, 65.017 anak sungai dengan panjang totalnya mencapai 94.573 km serta luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2 dan memiliki 88.174 gunung dan bukit (Buku Status Lingkungan Hidup Indonesia, 2009).  Keadaan  ini menuntut jembatan-jembatan dengan bentang panjang mutlak diperlukan untuk melintasi sungai-sungai dan pulau-pulau besar di Indonesia yang umumnya digunakan sebagai prasarana transportasi pelayaran ocean-going yang melayani kebutuhan komoditi export-impor.  Sungai-sungai yang umumnya berbentuk palung yang dalam, terdapat di wilayah pulau Kalimantan.  Oleh karena itu di Kalimantan terdapat beberapa lintasan yang dapat dikategorikan cukup besar di Indonesia seperti Jembatan Barito dan Jembatan Mahakam II.  Jembatan Mahakam II merupakan jembatan gantung dengan bentang terpanjang di Indonesia (270 meter).  Akhir tahun 2011, Jembatan tersebut runtuh sehingga mengakibatkan sejumlah orang tewas serta ratusan warga yang tengah melintas terluka.
Jembatan gantung dapat dikatakan fleksibel, namun pada kondisi angin sangat kencang atau jika beban berat melintasi jembatan, badan lintasan akan bergetar dan dapat mengakibatkan pergeseran jembatan.  Getaran sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pendeteksi level getaran mempunyai peranan penting dalam berbagai penerapan, seperti analisa kekuatan getaran jembatan.  LVDT (Linear Variable Deference Transformer) adalah salah satu transducer yang dapat digunakan untuk pengukuran paramaeter getaran jembatan.  Parameter ini berupa amplitude, getaran dan displacement.  Untuk itu, pendeteksi parameter getaran dengan menggunakan sensor sangat dibutuhkan dalam jembatan guna meminimalisir terjadinya pergeseran jembatan akibat getaran yang berlebihan.

Tujuan
            Karya tulis ini bertujuan untuk merumuskan konsep sistem peringatan dini yang implemetatif dan efektif sebagai solusi meminimalisir kemungkinan jembatan runtuh.

Manfaat
            Menciptakan solusi baru yang dapat diimplementasikan pemerintah Indonesia untuk meminimalisir dampak runtuhnya jembatan.

GAGASAN
Kondisi Kekinian
Runtuhnya konstruksi sebuah bangunan bukanlah hal yang lazim di dunia konstruksi.  Dalam dunia kerja konstruksi terdapat istilah kegagalan bangunan dan kegagalan konstruksi.  Di Indonesia terdapat beberapa bagunan yang runtuh akibat kegagalan struktuk maupun kegagalan bangunan di antaranya adalah jembatan Siranda di Klaten, jembatan Air beliti di Sumatra selatan, jembatan Pabuaran kaum di Bogor, jembatan Lhoksukon di Aceh utara, dan jembatan Kukar di Kalimantan.  Jembatan Kutai merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia dengan total panjang jembatan 710 meter yang  sudah berdiri selama ±10 tahun dan mengalami perbaikkan karena ada alinemen vertikal yang turun yang  dakibatkan oleh bergesernya abutment (kepala jembatan) ke arah sungai. Pylon jembatan bergeser karena blok angker juga tergeser dari tempatnya, yang menyebabkan gelagar jembatan melengkung ke bawah hingga 72 centimeter. Di mana Menurut data Dinas Pekerjaan Umum Kutai Kartanegara, pada tahun 2001 pergeseran jembatan 8-10 cm, kemudian terus melebar menjadi 15-18 cm pada 2006 (Hidajat, 2012).
  Masih ada beberapa jembatan yang dikhawatirkan akan runtuh mengingat tragedi jembatan Kukar, salah satunya yaitu jembatan ampere.  Sebagian warga kota Palembang mengaku mencemaskan kondisi jembatan Ampera setelah mendengar informasi runtuhnya jembatan kukar yang mengakibatkan sejumlah orang tewas serta ratusan warga yang melintas terluka.  Untuk itu diperlukan pencegahan dini supaya dapat meminimalisir terjadinya jembatan runtuh baik itu karena kegagalan konstruksi, kegagalan bangunan, getaran yang berlebihan, maupun akibat terjadinya pergeseran fondasi dengan sistem telemonitoring menggunakan sensor LVDT dan thermocouple.

Solusi yang Pernah Ditawarkan
Pencegahan terhadap kerusakan jembatan dengan cara analisa Struktur dan pengujan Fatigue jembatan telah dilakukan oleh  PT Lapi Ganeshatama Consulting (PT. LAPI GTC).  Sebagaimana dimuat dalam Wordpress (www.sagabanget.wordpress.com, 2009), dikatakan bahwa pada saat melakukan analisis struktur, permodelan geometrisnya diambil dari gambar perencanaan dan pengamatan langsung dilapangan. Sementara permodelan pembebanannya, diambil dari standar pembebanan termasuk didalamnya beban layan (beban sendiri, serta beban lalu lintas)  ditambah asumsi konservatif berupa konfigurasi pembebanan dari Bridge Management System, Departemen PU tahun1992. Input ini kemudian di analisis menggunakan program SAP2000 versi 9.03.  Hasil dari analisis struktur ini menunjukkan hasil displacement vertikal max: displacement vertikal max sebesar 68,95 mm untuk Ramp A dan displacement vertikal max sebesar 55,95 mm untuk Ramp B. Menurut standar BMS-PU,1992 dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut diatas masih ‘OK’ karena displacement vertikal max masih dibawah ambang yakni L/800. Selain itu, keseluruhan dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rasio kekuatan < 1 untuk seluruh elemen.  Pengukuran regangan dilakukan dengan memasang Strain Gauge pada pelat jembatan. Dan Hasil dari analisis ini didapatkan :Umur Fatigue untuk Ramp A = 64 tahun dan Umur Fatigue untuk Ramp B = 70 tahun.
Perhitungan displacement vertical max dan estimasi umur Fatigue yang dilakukan PT Lapi GTC hanya berupa analisa pendekatan menggunakan software SAP2000 versi 9.03 dan tanpa ada akusisi data real-time.  Terdapat beberapa penilitian terkait dengan pengukuran getaran jembatan yaitu Rancang Bangun Alat Ukur Getaran Jembatan Dengan Transducer LVDT Berbantuan IBM PC (Universtias Padjajaran, 2006) dan Pengukuran Frekuensi Natural, Gerakan Partikel Dan Displacement Jembatan Konstruksi Beton Dan Baja (Universitas Gadjah Mada, 2010).  Penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih belum mampu menciptakan sistem peringatan dini sebagai indikator runtuhnya jembatan karena data pengukuran hanya dapat dipantau di satu tempat.

Gagasan Baru yang Ditawarkan
Berdasarkan data empiris dan solusi yang pernah ditawarkan, upaya yang tepat sebagai peringatan dini kerusakan struktur jembatan adalah pembangunan sistem monitoring kondisi jembatan jarak jauh berbasis web.  Terdapat 3 bagian utama dalam sistem monitoring kondisi jembatan jarak jauh, yaitu :
1.      Sistem Sensor
Terdapat 3 buah parameter jembatan yang akan diukur yaitu displacement (pergeseran), temperatur, dan amplitudo getaran jembatan.  Untuk parameter pergeseran pengukuran dilakukan dengan menggunakan LVDT (Linear Variable Differential Transformer) tipe lilitan sekunder penuh (Overwound liniertapered secondary windings) karena lebih tahan terhadap perubahan frekuensi, suhu dan lebih linear dibandingkan tipe lain (Hikmat, 1995).  Output sensor berupa tegangan bolak-balik (AC) dikondisikan menggunakan modul signal conditioner AD698 yang memiliki output tegangan signal conditioner antara 11volt sampai minus 11volt dc (Analog Device, 1995).  Berdasarkan penelitian  hasil kalibrasi statik dan kalibrasi dinamik menunjukkan bahwa pengkondisi sinyal ini mampu bekerja dengan baik sampai frekuensi 15 Hz dengan nilai linieritas lebih besar dari 0,99 (Chandra Novrisa Maulana, 2007).  Untuk menganalisa rentang tegangan kita harus menyesuaikannya dengan rentang tegangan modul mikroprosesor yaitu 0 – 5volt dengan metode korelatif.  Secara matematis dapat dituliskan :

l = panjang maksimal yang akan diukur
R = resolusi ADC mikroprosesor
K = ketelitian sensor LVDT

Untuk mikroprosesor 8 bit, maka resolusi ADC sebesar ;


Sehingga ketelitian LVDT adalah ;


dimana nilai l tergantung dari pemakaian LVDT yang sesuai pada setiap jembatan.
Untuk pengukuran amplitudo getaran, digunakan LVDT yang dimodifikasi.  Jika amplitude yang akan diukur adalah pada sumbu x, maka LVDT diletakkan sejajar sumbu x dan pada batang LVDT dipasang pegas dan beban tambahan secara bersusun.  Saat jembatan mulai bergetar, beban akan ikut bergetar karena efek inersia mengakibatkan terjadinya gaya tarik atau gaya dorong pada batang LVDT sehingga dapat diketahui amplitude getarannya.  Pegas dipasang untuk menggeser bandwidth frekuensi getaran sistem LVDT beban ke daerah getaran  pada sistem jembatan.  Untuk mengukur parameter suhu terkait dengan pemuaian yang mungkin terjadi pada badan jembatan diggunakan Termocouple.  Besarnya pemuaian mempengaruhi analisis displacement karena setiap pemuaian struktur jembatan akan mengakibatkan pergeseran semu pada ujung – ujung jembatan sehingga terdeteksi sebagai displacement oleh sensor LVDT.  Suhu yang diukur dapat berupa suhu lingkungan, suhu struktur jembatan pada berbagai posisi, atau pengukuran keduanya.  Data suhu ini akan dilaporkan bersama – sama dengan data lain sehingga dapat digunakan oleh dinas terkait untuk korelasi antara data displacement dan pengukuran suhu.

2.      Sistem Kontroler
Sistem kontroler bertugas menerima sinyal dari sistem sensor, mengolah data yang diterima menjadi paket data yang siap dikirimkan ke web server, dan menerima perintah kendali dari base station untuk mode – mode kerja sistem tersebut secara keseluruhan.  Sistem kontroler dibangun berbasis mikroprosesor Atmega128 produksi ATMEL Coorporation  yang memiliki built-in ADC (Analogue to Digital Converter), memori flash internal sebesar 128 kilobytes, dan ukuran hardware  yang relatif kecil sehingga memungkinkan untuk membangun sistem yang memiliki fungsi handal serta ukuran yang kecil.  Data yang diterima dari sensor diolah mikroprosesor melalui ADC untuk pengkondisian data.  Setelah data yang diterima disusun dalam bentuk paket data sesuai protokol internet, data dikirimkan melalui ethernet card yang terhubung dengan modem internet (Atmel Corporation, 2002).  Data pembacaan dari seluruh sensor akan dikirimkan ke web server setiap satu detik sekal dan memungkinkan data ditampilkan secara realtime di website yang terkait.  Pembacaan data dari sensor berjalan secara kontinyu dan data tersebut tersimpan dalam memori internal mikroprosesor.  Setelah data terkirim sempurna, memori data internal akan dihapus dan diisi dengan data baru yang terkumpul.
Untuk alasan kestabilan koneksi internet dan ketahanan terhadap cuaca, digunakan modem dengan jaringan kabel telepon.  Sebagai jalur cadangan disediakan jalur pengiriman data melalui jaringan komunikasi radio VHF. Untuk alasan itu diperlukan modem radio dan perizinan penggunaan pita frekuensi sesuai Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 29 tahun 2009  tentang tabel alokasi spektrum frekuensi radio Indonesia.

3.      Base station
Base station adalah suatu sistem yang terdiri dari sebuah atau beberapa komputer yang terhubung dengan internet,  data base, dan sistem komunikasi data.  Operator dapat membaca raw data (data mentah), tampilan data di web, dan melalukan perhitungan – perhitungan yang diperlukan untuk mengetahui kondisi jembatan secara pasti dengan bantuan software – software pengolah data.  Secara ideal, base station ini ditempatkan di kantor Dinas Perhubungan setiap daerah yang memiliki jembatan – jembatan yang sedang diukur agar dinas terkait dapat memantau kondisi jembatan tersebut secara real time dan melakukan prosedur – prosedur penanganan yang tepat.  Data base (penyimpanan data) terletak di kantor pusat dinas terkait yang terhubung dengan  internet selama 24 jam sehingga manajemen data menjadi terpusat dan tidak membuat manajemen data di setiap kantor dinas terkait menjadi semakin rumit.  Sebagai tambahan berikut ini adalah kapasitas data yang diperlukan untuk setiap jembatan yang dimonitor setiap tahun :

N = jumlah sensor maksimal yang terpasang di setiap jembatan
L = panjang bit data maksimal yang terkirim setiap detik
Q = kapasitas data yang terkirim dan tersimpan

Dalam satu hari (24 jam) setiap jembatan memerlukan kapasitas penyimpanan data sebesar :


Jika N adalah 16 buah dan L adalah 16bytes, maka :


Jika dalam suatu daerah terdapat 10 jembatan yang dimonitor dengan sistem ini, diperlukan kapasitas penyimpanan data selama 10 tahun sebesar :


Jadi diperlukan alokasi penyimpanan data untuk setiap daerah sebesar 760 GB berupa web server yang diletakkan di kantor pusat Dinas Perhubungan. Tentu saja jumlah sensor yang benar – benar terpasang dan jumlah jembatan yang dimonitor per daerah bervariasi tergantung kebutuhan Dinas yang terkait.
Dengan menerapkan gagasan ini, diperkirakan akan membawa dampak positif pada beberapa aspek, yaitu :
·         Akan tercipta metode pengukuran kondisi jembatan yang akurat, handal dan reliable.
·         Kondisi jembatan diketahui secara realtime sebagai fitur utama dari penggunaan sistem telemenitoring.
·         Kejadian – kejadian mengenai kegagalan struktur jembatan dapat diminimalisir karena jembatan dievaluasi sistem monitoring.
·         Memperkaya penguasaan teknologi dalam bidang teknologi sensor, telemonitoring dan keselamatan infrastruktur di Indonesia.
·         Menjadi solusi sistem peringatan dini jembatan roboh jika data pengukuran berada diluar parameter normal.
·         Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan dari infrastruktur transportasi sebagai bagian dari sistem transportasi di Indonesia.

Pihak-pihak yang dapat mengimplementasikan gagasan
Gagasan ini dapat terwujud melalui partisipasi aktif pihak-pihak sebagai berikut :
·         Dinas Pekerja Umum: Perancangan infrastruktur jembatan.  Sumber dana didapat dari APBN murni dan sebagian atau seluruhnya dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) sesuai Peraturan Menteri Nomor 207 Tahun  2005 pasal 3.
·         Perusahaan kontraktor/konsultan: Membangunan infrastruktur, analisis struktur dan instalasi sensor LVDT dan thermocouple pada Jembatan. Sumber dana didapat dari Kesepakatan Dinas PU (APBN murni dan sebagian atau seluruhnya dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN))
·         Dinas Perhubungan: Membangun sistem telemonitoring real-time berbasis website dan mengevaluasi data. Sumber dana diperoleh dari APBN dan atau APBD.
·         Kalangan Akademisi (Mahasiswa/Perguruan Tinggi): mengembangkan metode sensing, telemonitoring yang lebih handal dan dapat diterapkan pada jembatan – jembatan yang ada di Indonesia.  Sumber dana dapat diperoleh melalui dana hibah penelitian.

Langkah-langkah strategis implementasi gagasan
Gagasan ini dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang memuaskan apabila didukung oleh langkah – langkah strategis sebagai berikut :
·         Adanya riset berkelanjutan dalam menentukan karakter sensor ideal untuk membuat sistem pencegahan dini kerusakan struktur jembatan yang akan diimplementasikan oleh lembaga riset dan dinas pekerjaan umum.
·         Komitmen pemerintah dalam menindaklanjuti riset ini demi terciptanya kelayakan dan keselamatan infrasutruktur umum.
·         Diperlukan riset atau cost and benefit analysis untuk memperjelas tujuan, biaya, manfaat, dan dampak dari konsep perancangan sistem ini kepada masyarakat, pemerintah dan luar negeri agar dapat meyakinkan para stakeholder yang melihat peluang ini.
·         Menetapkan sistem monitoring kualitas jembatan sebagai Standar Operation Procedure (SOP) pembangunan infrastruktur.
·         Sosialisasi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga keselamatan jembatan

 KESIMPULAN
Gagasan Inti
Gagasan pemantauan kondisi jembatan ini pada dasarnya meliputi 3 unsur yaitu sistem sensor, sistem kontroler, dan base station.  Parameter – parameter kondisi jembatan yang diukur adalah displacement, amplitude getaran, dan temperatur lingkungan dan struktur jembatan.  Parameter – parameter tersebut dikirimkan ke data base melalui koneksi internet dan jalur cadangan berupa komunikasi data VHF dan kemudian dapat dijadikan indikator sebagai pencegahan dini terhadap runtuhnya jembatan.

Teknik implementasi
Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan berbasis telemonitoring jembatan ini adalah :
1.      Identifikasi jumlah jembatan yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
2.      Melakukan pendekatan secara bertahap kepada Dinas PU dan pemerintah di suatu daerah sebagai awal pelaksanaan kerjasama.
3.      Melakukan kemitraan strategis dengan Dinas PU dan pemerintah terkait masalah dana untuk pelaksanaan gagasan ini.
4.      Penanaman rasa kepercayaan kepada Dinas PU dan pemerintah, bahwa akan menjadi lebih baik jika dilakukan telemonitoring menggunakan sensor LVDT dan thermocouple.
5.      Melakukan mekanisme koordinasi dengan membagi tugas secara jelas antara konseptor, Dinas PU, dan Pemerintah terkait.
6.      Melakukan mekanisme evaluasi secara periodic dan profesional


Prediksi Keberhasilan Gagasan
Manfaat yang akan didapat dari aplikasi gagasan ini adalah menciptakan sistem yang dapat mengevaluasi kondisi jembatan dan dapat menjadi indikator kerusakan struktur jembatan berdasarkan data base sensor.  Kerusakan struktur salah satunya adalah penyebab jembatan rubuh.  Selain itu, cara ini dapat dijadikan sebagai salah satu media  penerapan ilmu dan teknologi dari disiplin ilmu keteknikan.  Manfaat lain adalah mendukung kebijakan pemerintah mengenai infrastrukur transportasi dan hal ini akan berdampak menjaga mobilisasi perekonomian masyarakat pengguna jembatan.


DAFTAR PUSTAKA
Analog devices inc. 1995. Universal LVDT Signal Conditioner. Massachusetts, USA
Atmel corporation. 2002, AVR460: Embedded Web Server, Application note. california.
Chandra, novrisa maulana. 2007. ”Perancangan dan pembuatan pengkondisi sinyal LVDT berbasis ic ad598”.
Clausen, david. 2000. ”Design of a Microcontroller-Based Ethernet Messaging Device”. Stanford University.
Dwika, K Yohanes. 2010. ”Pengukuran frekuensi natural, gerakan partikel dan displacement jembatan konstruksi beton dan baja” .
Fraden, J. 2003.  Handbook of Modern Sensors physics, designs, and aplications.
California: AIP Press.
Fatari, eka budi. 2000. ”rancang bangun alat ukur getaran jembatan dengan transducer LVDT berbantuan ibm Pc”.
Hayyu, saga. 2009.  ”Penelitian struktur jembatan ss tomang dan ss pluit pada jalan tol dalam kota”.
Hikmat. 1995. ”Studi awal sensor LVDT (linier variable differential transformer)”.
http://sagabanget.wordpress.com/2009/12/04/penelitian-struktur-jembatan-ss-tomang-dan-ss-pluit-jalan-tol-dalam-kota/  diakses tanggal 19 februari 2012
Loveday,  g. 1992. Intisari elektronika. Jakarta: PT. Elek media komputindo
Malvino,  albert paul. 1993. Electronic principles. United states: mcgraw-hill, inc.
Stallings, William. 2001. Komunikasi data dan komputer, dasar-dasar komunikasi data. Hlm: 5-6,199-203,213-215,232-238. Jakarta: Salemba Teknika.
Sunarno. 2005. ”Implementasi Piezoelektrik sebagai sensor identifikasi kendaraan yang melintasi jembatan”.
Webster, john g. 1932. Sensors and signal conditioning. United states: John wiley & sons, inc.
Webster, J. G. 1999. ”The mesurement, instrumentation, and sensor handbook, a
Crc handbook published in cooperation with ieee press”.



DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Daftar Riwayat Hidup Ketua Pelaksana Kegiatan
Nama                           : Dio Masera
NIM                            : 09/284319/TK/35242
Tempat, tanggal lahir  : Serang, 27 November 1992
Agama                         : Islam
Jenis kelamin               : Laki-laki
Alamat asal                 : Komp. P&K Jl. Cempaka Gg. Nusa Indah no 23/A
Alamat di Yogyakarta            : Pogung Rejo RT16/RW51 no 541   

Riwayat pendidikan    :
Periode
Sekolah / Universitas
Jurusan
1998
-
2004
SDN Cinanggung
-
2004
-
2007
SMPN 1 Kota Serang
-
2007
-
2009
SMAN 1 Kota Serang
IPA akselerasi
2009
-
sekarang
UniversitasGadjahMada
TeknikFisika

Pengalaman Organisasi:
Organisasi
Bidang
Tahun
Keluarga Mahasiswa Teknik Fisika UGM
PSDM
2009 – 2011
LPKTA FT UGM
Ketua Divisi Media dan Publik Relasi
2011 – 2012
Ikatan Mahasiswa Teknologi Instrumentasi
Staff
2012 – sekarang
Yogyakarta, 28 Februari 2012
  Anggota Pelaksana Kegiatan
                 
                                                                                                                                                 Dio Masera
  09/284319/TK/35242


Daftar Riwayat Hidup Pelaksana Kegiatan 1
Nama                           : Ressy Jaya Yanti
NIM                            : 10/300984/TK/36743
Tempat, tanggal lahir  : Pandeglang, 26 Januari 1993
Agama                         : Islam
Jenis kelamin               : Perempuan
Alamat asal                 : Kp.Talun-jiput RT05/RW02 Ds.Jiput Kab.Pandeglang `                                           Provinsi Banten
Alamat e-mail              : echyjayayanti.ugm@gmail.com
Alamat di Yogyakarta            : Pogung Dalangan 19E
Riwayat pendidikan    :
Periode
Sekolah / Universitas
Jurusan
1998
-
2004
SDN Pamarayan 1
-
2004
-
2007
MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes
-
2007
-
2010
MAN 2 model dan Keterampilan Serang
IPA
2010
-
sekarang
Universitas Gadjah Mada
Teknik Fisika

Pengalaman orgnisasi  :
Organisasi
Bidang
Tahun
Ambalan Siti Fatimah
Wk. Krani
2008/2009
Bhakti Husada Kabupaten
UPGK
2008/2009
KMT FT UGM
BKW
2010-sekarang
LPKTA FT UGM
Anggota
2010-sekarang


Yogyakarta, 28 Februari 2011
Anggota Pelaksana Kegiatan 1



Ressy Jaya Yanti
10/300984/TK/37643


Daftar Riwayat Hidup Anggota Pelaksana Kegiatan 2
Nama                           : Handiko Gesang Anugrah Sejati
NIM                            : 10/300926/TK/36709
Tempat, tanggal lahir  : Jakarta, 18 Januari 1992
Agama                         : Kristen
Jenis kelamin               : Laki - laki
Alamat asal                 : Kompleks Pondok Safari Indah Jl. Cendrawasih Raya Blok B 9 no.6         Pondok Aren, kabupaten Tangerang, Provinsi Banten          
Alamat e-mail              : handikogesang@gmail.com
Alamat di Yogyakarta            : Pogung Kidul RT.03 RW.49
Riwayat pendidikan    :
Periode
Sekolah / Universitas
Jurusan
1996
-
1998
TK Ricci 2
-
1998
-
2004
SD Strada Bhakti Utama
-
2004
-
2007
SMP Strada Bhakti Utama
-
2007
-
2010
SMA Negeri 47 Jakarta
IPA
2010
-
sekarang
Universitas Gadjah Mada
Teknik Fisika

Pengalaman orgnisasi  :
Organisasi
Bidang
Tahun
OSIS SMP Strada Bhakti Utama
Wk. Ketua
2005/2006
Pecinta Alam SMA Negeri 47 Jakarta
Ketua Badan Rekruitmen
2008/2009
KMTF
Anggota
2010 - sekarang
LPKTA FT UGM
Anggota
2011 - sekarang


Yogyakarta, 28 februari 2012
Anggota pelaksana kegiatan 2


Handiko Gesang Anugrah S.
10/300926/TK/37609



LAMPIRAN
Sinyal Conditioning
 
Sensor LVDT
 
                         
 







Modem
 
 


Gambar 1. sistem transmisi data


 





Komunikasi      Data VHF
 
Komputer
 
n
                                             


Gambar 2. Sistem Penerima Data