LAPORAN
PENELITIAN
![]() |
INDEKS BIAS PADA AIR MINERAL
Disusun oleh :
Aris Maulana 36816
Horna Yosi Widyanita G 36834
Lisbet Nuryara Magdalena 34687
Satria Antariksa Ramadhan 36945
Ressy Jaya Yanti 36743
Jurusan Teknik Fisika
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
2011
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar
belakang
1.2
Tujuan
1.3
Rumusan
masalah
Bab II Isi
2.1
Landasan
teori
2.2
Alat
dan bahan
2.3
Cara
kerja
Bab III Pembahasan
Bab IV Kesimpulan
4.1
Kesimpulan
4.2
Kritik
dan saran
Daftarpustaka
BAB I
1.1
Latar
belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering sekali menjumpai peristiwa yang berhubungan dengan pembiasan
cahaya contohnya pembiasan cahaya dari sinar senter ketika mengenai bidang batas
antara udara dan larutan susu. Kita
sering menafsirkan bahwa indeks bias itu adalah peristiwa pembelokkan cahaya ketika
cahaya mengenai bidang batas antara dua medium.
Dimana hal yang menyebabkan pembiasan itu adalah karena adanya sudut
bias dan indeks bias.
Sejak dulu hingga
sekarang, yang kita tahu tentang indeks bias adalah suatu nilai mutlak yang
dimiliki oleh setiap medium sehingga terjadinya pembiasan. Namun, perlu diketahui bahwa indeks bias itu bisa
kita peroleh tanpa harus menggunakan table indeks bias. Sebagai soerang engineer kita di tuntut untuk
serbabisa, salah satunya adalah mencari indeks bias dengan sebuah percobaan.Untuk
hal yang paling mendasar, kita lakukan percobaan dengan bahan air mineral
karena air mineral bisa di asumsikan sebagai medium yang mudah dicari indeks biasnya.
Dengan memanfaatkan
panjang gelombang pada cahaya, kita bisa memperoleh indeks bias. Pada pelajaran fisika ketika SMA,kita tahu bahwa
indeks bias mempunyai hubungan dengan cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang. Untuk memenuhi tugas mata kuliah optika, kita
akan membuktikan hubungan panjang gelombang dengan indeks bias supaya di
peroleh nilai indeks bias tanpa harus menggunakan table indeks bias.
1.2
Tujuan
Mengetahui indeks bias dari peristiwa pembiasan sinar laser pada
air mineral dengan standar deviasi minimal
1.3
Rumusan
masalah
1)
Bagaimanakah
pengaruh sinar laser pada peristiwa pembiasaan cahaya agar diperoleh nilai indeks
bias ?
2)
Apakah
indeks bias air dapat di peroleh, jika kita memperoleh hubungan antara panjang gelombang
dengan indeks bias ?
BAB II
2.1
Landasan
teori
Indeks bias
pada medium di definisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang
hampa udara dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium. Secara matematis, indeks bias dapat ditulis :
N = c/vp
Dimana n
:indeks bias
c :kecepatan cahaya dalam ruang hampa
vp :cepat rambat cahaya pada
suatu media medium
perlu di ketahui bahwa indeks bias tidak lebih kecil dari 1 atau(n ≥ 1)
perlu di ketahui bahwa indeks bias tidak lebih kecil dari 1 atau(n ≥ 1)

2.2
Alat
dan bahan

1.
Air mineral

2.
Laser

3.
Busur
4.
penggaris
2.3
Prosedur
penelitian
1.
menyiapkan
alat dan bahan
2.
merangkai
alat dan bahan sesuai dengan skema ( merah itu sinar laser, hajau air mineral,
dan biru busur)
3.
meletakkan
busur di atas permukaan yang datar
4.
meletakkan
air mineral di atas permukaan busur, tepat di garis tengah busur
5.
memposisikan
sinar laser pada sudut 30o
6.
mengukur
pembelokkan cahaya yang terjadi di dalam gelas air mineral
7.
mencatat
sudut bias yang dihasilkan
8.
mencari
nilai indeks bias air mineral
9.
mengulangi
langkah 4-8 dengan sudut datang yang berbeda
BAB III
Pembahasan
Pada percobaan
pengukuran indeks bias air mineral ini, kami memilih laserpointer sebagai
cahaya masukan untuk membantu pengukuran sudut datang dan sudut biasnya. laser
pointer dipilih karena cahaya yang dipancarkan bersifat memusat sehingga
mempermudah pengamatan. selain itu, warna merah pada sinar laser pointer yang
kami gunakan membantu pengamatan dengan memanfaatkan perbedaan warna tersebut
dengan objek (air).
Untuk
pengukuran sudut bias, selain menggunakan busur derajat, kami juga menggunakan
penggaris besi sebagai tambahannya. penggaris besi disini berfungsi untuk lebih
mengakuratkan sudut bias yang terbaca, dengan cara diletakkan sebagai
perpanjangan dari sudut bias menuju angka-angka yang tertera pada busur.
setelah penggaris besi disejajarkan dengan arah sinar bias, maka penggaris akan
membentuk bayangan, bayangan inilah yang nantinya digunakan untuk pembacaan
sudut bias. hal ini kami lakukan untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan pembacaan yang bisa diakibatkan oleh
miringnya arah pembacaan pengamat.
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, banyak sekali perbaikan untuk mencapai hasil
yang sesuai dengan data yang telah ada.
pertama mengenai posisi antara busur dengan gelas air mineral supaya kita dapat mengamati
sudut bias yang terbentuk. kita lebih
memilih meletakkan busur dan gelas air mineral pada bidang datar harapannya
supaya sudut bias yang terbentuk dapat diamati.
karena jika kita meletakkan busur dan gelas air mineral dengan posisi
yang tegak, maka untuk mengamati sudut bias yang dihasilkan akan sangat
sulit. hal ini di sebabkan adanya
pengaruh dari sinar matahari.
berdasarkan analisis, jika kita meletakan busur dan gelas air mineral dalam
posisi tegak maka akan terjadi pertemuan antara sinar laser dengan sinar matahari
sehingga ketika didalam gelas air mineral sinar laser tidak akan terlalu nampak
( seaka-akan remang-remang). untuk
menghindari kondisi seperti itu kita kita memilih meletakkn di atas permukaan
datar. hal ini bertujuan supaya
meminimalisir sinar matahari yang masuk ke dalam gels air mineral. asumsinya jika kita meletakkan pada posisi
mendatar, maka sinar laser yang menembus gelas air mineral akan lebih nampak
sehingga mudah untuk di amati karena pada bagian bawah busur dan gelas air
mineral sangat sedikit sekali sinar matahari dan bahkan tidak ada sinar
matahari. Dalam percobaan kali ini,
sebelum kita melakukan percobaan terlebih dahulu kita mengocok-ngocok air
dengan asumsi bahwa partikal dalam air akan bergerak sehingga memudahkan
penampakkan yang lewat.
Selain itu,
perlu diperhatikan juga sudut datang sinar laser. karena hal ini juga
mempengaruhi pembentukkan sudut bias.
jika kita menggunakan sinar datang dengan arah vertical, maka sudut bias
yang terbentuk akan sulit untuk di amati. hal ini di sebabkan karena jika di
lihat dari tampak atas (ketika posisi horizontal), maka lintasan daerah yang
harus di lewati oleh sinar laser akan semakin panjang dan jika semakin panjang
lintasan yang harus di lewati oleh sinar laser maka akan semakin tidak jelas.
Untuk
memperoleh sudut bias, kita bisa menggunakan persamaan snellius ( n1sin
α = n2 sin β ). dengan
mengasumsikan bahwa indeks bias udara adalah 1, kita bisa mencari indeks bias
air mineral. hal ini terjadi karena setiap ada pembiasan
maka akan ada pengaruh dari udara sehingga dapat mempermudah kita dalam mencari
indeks bias yang lainnya juga. setelah kita memperoleh nilai indeks bias udara,
dengan menggunakan persamaan λ1n1 = λ2n2 kita akan memperoleh nilai λ2
dengan mengasumsikan bahwa kita telah mengetahui panjang gelombang dari sinar
laser. hal ini dilakukan supaya kita
dapat mencari kebenaran hubungan antara panjang gelombang dengan indeks
bias. selain itu, panjang gelombang yang
kita perolaeh akan berguna dalam perhitungan selanjutnya karena kita tidak
hanya melakukan satu kali percobaan dalam mencari indeks bias air mineral. dalam hal ini, panjang gelombang juga
brfungsi sebagai pembuktian bahwa indeks bias yang diperoleh dengan persamaan
sellius pada percobaan pertama akan sama dengan indeks bias yang kita peroleh
dengan menggunakan persamaan hubungan panjang gelombang dengan indeks bias pada
percoaan yang berikutnya.
Dalam mencari
keakuratan nilai indeks bias, maka dibutuhkan percobaan yang berulang kali dan
menggunakan persamaan yang berbeda-beda.
hal ini bertujuan supaya meminimakisir kesalahan yang terjadi, karena
jika kita hanya menggunakan satu kali percobaan dengan satu kali persamaan maka
tidak akan kita tahu hasil yang benarnya.
tetapi jika kita mampu melakukan percobaan lebih dari satu kali menggunakan beberapa persaamaan,
maka kita bisa melakukan perbandingan antara persamaan yang satu dengan
persamaan yang lain sehingga mampu memperoleh nilai yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Daftarpustaka
kanginan,
Martin. 2006. Fisika untuk SMA kelas X. Jakarta : erlangga